Kamis, 04 Juni 2009

APLIKASI QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI MADRASAH ALIYAH

APLIKASI QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA ARAB DI MADRASAH ALIYAH

Oleh : MOHAMMAD TAYYIB, S.Ag

Pendahuluan

Berbagai metode telah ditawarkan oleh pakar pedagogis untuk mengupayakan pencapaian hasil belajar yang terbaik bagi peserta didik. Namun demikian hasil yang maksimal sesuai dengan keinginan para pelaksana pendidikan belum didapatkan. Model-model pembelajaran klasik seperti model pembelajaran Brigs, Banathy, PPSI, Kamp, CBSA, dan IDI belum dapat dikatakan sepenuhnya berhasil mengantarkan peserta didik memenuhi tujuan belajarnya.

Dewasa ini beberapa lembaga pendidikan mencoba menerapkan model pembelajaran baru yang ditawarkan oleh Popy De Porter yang dikenal dengan model quantum. Model ini pada esensinya tidak jauh berbeda dengan model CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), dimana keduanya menempatkan murid sebagai pelaku utama dalam pembelajaran. Prinsip utama dalam aplikasi model ini adalah melibatkan seluruh benda yang ada dalam ruang belajar sebagai media yang akan membantu siswa memahami pelajaran. Semuanya berbicara dan semuanya mendengar adalah contoh dari prinsip model ini yang sangat membantu pengajar untuk mengantarkan siswa aktif dalam proses pembelajaran tersebut.

Model pembelajaran quantum, sesuai dengan sifatnya yang menekankan aspek komonikatif dan dialogis, dimungkinkan dapat diterapkan dalam semua jenis pelajaran dan dimanapun serta tingkatan apapun suatu lemabag pendidikan dilaksanakan. Model pembelajaran quantum (Quantum Teaching) sering juga disebut dengan tekhnik pembelajaran modern yang sangat menekankan adanya pemberdayaan dan penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap apapun yang dicapai oleh peserta didik.

Berangkat dari keinginan untuk menemukan rumusan terbaru dalam pembelajaran bahasa Arab, maka tulisan ringkas ini mencoba untuk menawarkan konsep aplikasi tekhnik pembelajaran quantum dalam pelajaran bahasa Arab. Jenjang Madrasah Tsanawiyah sengaja dipilih untuk mencocokkan dengan–


Kepala MAS. Miftahul Ulum Sumberjati - Pamekasan.


setidaknya dalam analisis penulis¾kondisi peserta didik di tingkat tersebut yang masih sangat memerlukan bimbingan guru pengajar secara penuh.

Pengertian Quantum Teaching

Quantum teaching terdiri dari dua kata yaitu quantum dan teaching. Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya sedangkan teaching adalah proses pembelajaran yang berarti transfer ilmu pengetahua dari guru kepada murid. Dengan demikian quantum teaching dapat diartikan model pembelajaran yang menekankan pada pengubahan kecerdasan dan kemampuan siswa menjadi cahaya bagi diri sendiri dan bagi orang lain.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa Arab, Quantum teaching berarti penggubahan kecerdasan dan kemampuan peserta didik bahasa Arab yang telah dimiliki sejak Madrasah Ibtidaiyah menjadi cahaya yang akan menerangi mereka dalam proses pembelajaran selanjutnya. Sebagian siswa Madrasah Tsanawiyah telah sedikit banyak mengenal karakter atau dialek bahasa Arab, meskipun sifatnya sangat sederhana.

Asas Utama Dan Prinsip Pelaksanaan Quantum Teaching

Asas utama dalam pembelajaran dengan pendekatan model quantum adalah “bawalah dunia mereka ke dunia kita”, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Dari asas ini dapat dipahami bahwa memasuki dan mengenal dunia siswa adalah langkah utama untuk mendapatkan hak mengajar. Untuk memasuki dunia siswa diperlukan jembatan yang berupa pengetahuan tentang latar belakang tingkat intelektualitas, karakter, keperibadian dan kecendrungan minat dan bakat siswa. Demikian pula jembatan itu akan mengantarkan guru pada pengambilan langkah dalam memprediksi sesuatu yang menjadi harapan dan kemauan peserta didik pada masa yang akan datang.

Dalam tataran aplikatif, model pembelajaran quantum menekankan pada kemampuan guru untuk mengkaitkan materi pelajaran yang sedang diajarkan dengan pengalaman, peristiwa, perasaan dan pikiran yang pernah atau sedang dialami siswa. Setelah keterkaitan tersebut tercipta, maka guru akan mampu membawa dunia murid masuk kedunianya, dan disaat itulah waktu yang tepat


untuk memberikan informasi baru yang akan masuk pada dunia siswa. Tekhnik ini akan membantu siswa untuk lebih cepat memahami materi pelajaran.

Tekhnik quantum sangat cocok diterapkan dalam materi pelajaran bahasa Arab. Materi pelajaran bahasa Arab yang berkisar antara :محادثة,مفردات, قراءة, ,قواعد, dan انشاء , sangat memiliki keterkaitan dengan dunia siswa yang dalam kesehariannya berbahasa Indonesia. Sub-sub materi tersebut juga dijumpai dalam struktur pembicaraan mereka dalam bahasa Indonesia, demikian pula topik dan cakupan sub-sub materi tersebut dapat dikaitkan dengan dunia siswa di luar pelajaran.

Sedangkan prinsip quantum teaching terdiri dari lima prinsip dasar berikut:

  1. Segalanya berbicara

Perinsip ini mempunyai pengertian bahwa segala sesuatu yang ada dan terjadi di ruang belajar mengirim pesan belajar. Segala sesuatu itu bisa berupa, perkataan guru, bahasa tubuh, bahasa wajah, gambar-gambar di dinding, dan apapun yang terjadi saat pelajaran berlangsung bisa menjadi media penyampaian pelajaran.

Dalam pembelajaran bahasa Arab prinsip ini sangat dibutuhkan. Seluruh media yang ada dapat menjadi pengirim pesan dan menjadi alat bantu bagi siswa untuk memahami materi pelajaran. Dengan demikian guru dalam menyampaikan pelajaran tidak harus monoton menggunakan bahasa lisan.

  1. Segalanya bertujuan

Usaha guru untuk menggubah kecerdasan siswa menjadi cahaya, mempunyai tujuan agar siswa memahami pelajaran secara mandiri. Demikian pula usaha-usaha yang lain yang berupa penggunaan segala sesuatu menjadi media pembelajaran harus mempunyai tujuan yang pasti. Hal ini juga berlaku dalam pembelajaran bahasa Arab.

  1. Pengalaman sebelum pemberian nama
Proses belajar yang paling efektif akan dicapai ketika siswa telah memiliki pegalaman sebelum mereka mengenal nama dari materi yang sedang dipelajari. Dalam pembelajaran bahasa Arab hal ini dapat


dicontohkan ketika guru akan mengajarkan محادثة dengan tema صلاة الجماعة siswa diarahkan untuk mengingat hal-hal yang terakait dengan proses shalat berjemaah. Dengan demikian alur dari percakapan tersebut akan mudah diikuti oleh siswa.

  1. Akui setiap usaha

Belajar merupakan proses. Dengan demikian siswa akan senantiasa mengalami kesulitan-kesulitan dalam melatih kemampuannya untuk mencapai hasil sesuai dengan yang ditargetkan. Untuk mencapai hasil tersebut siswa akan berusaha dengan segala kemampuannya. Oleh karena itu segala bentuk usaha tersebut harus dihargai.

  1. Segala yang layak dipelajari berarti layak pula dirayakan

Perinsip ini merupakan kelanjutan dari perinsip sebelumnya kalau pada perinsip sebelumnya guru harus mengargai segala usaha anak didiknya, maka pada perinsip ini guru haruis merayakan keberhasilan yang diraih siswa, sekecil apapun keberhasilan tersebut. Dalam pembelajaran bahasa Arab sulit ditemukan seorang siswa yang langsung memiliiki kemampuan berbhasa arab yang baik, oleh kerena itu seperti apaun kemajuan yang dicapai siswa terseebut maka ia layak mendapatkan penghargaan dari keberhasilannya tersebut.

Rancangan Pembelajaran Dengan Tekhnik Quantum

Seluruh rancangan pembelajaran dengan tekhnik quantum dikenal dengan singkatan TANDUR yang berarti Tumbuhkan, Alami, Namakan, demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. TANDUR merupakan rancangan pembelajaran yang dinamis dan cocok diterapkan dikelas manapun dengan materi pelajaran apapun. Penerapan teknik ini sangat efektif untuk mengaktualisasikan kecerdasan siswa sehingga siswa dapat meraih kesuksesan.

Lebih rinci rancangan pembelajaran TANDUR dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tumbuhkan. Aspek ini (aspek T) berimplikasi pada usaha untuk menyertakan diri mereka, memuaskan mereka, dan menjawab pertanyaan


1. AMBAK (apa manfaat bagiku?). Pedoman untuk mengaplikasikan aspek T ini adalah harus memenuhi unsur berikut:

a. Mengapa. Hal yang dimaksudkan dengan pertanyaan ini adalah mengapa siswa harus ditarik ke dunia guru, dan guru harus masuk keduania siswa. Jawabannya adalah untuk menyertakan siswa dalam proses menelaah dan menamai apa yang sedang dipelajari. Penyertaan akan menciptakan jalinan kepemilikan bagi siswa. Dengan adanya penyertaan siswa akan merasa pernah mengalami sehingga mereka akan tertarik dan terpikat terhadap informasi yang disampaikan guru.

b. Pertanyaan tuntunan. Pada dasarnya setiap guru menyampaikan informsai baru, maka dlaam diri siswa akan timbul dua pertanyaan yang sangat mendasar yaitu apa manfaat informasi itu bagi siswa, dan apa yang harus dilakukan siswa untuk hal itu. Untuk hal ini, guru harus menciptakan ketertarikan siswa dan memikat mereka dengan memancing untuk mengkaitkan materi pelajaran dengan pengalaman mereka. Dengan tekhnik ini siswa akan menemukan sendiri apa manfaat dari informasi yang disampaikan guru.

c. Strategi. Utnuk mendukung dua unsur sebelumnya guru dapat menyampaikan pelajaran dengan model pemberian pertanyaan memainkan lakon peek, drama, vidio, dan cerita. Strategi ini akan membawa siswa terlibat dalam lakon-lakon tersebut dan pada gilirannya akan merasa tertarik untuk terus mengetahui kelanjutan dari informasi yang disampaikan guru.

Aspek T dalam Quantum teaching ini akan membedakan tekhnik ini dengan tekhnik pembelajaran klasik. Letak perbedaanya adalah pada penyampaian tujuan belajar. Kalau dalam tekhnik tradisional guru terlebih dahulu menyebutkan secara langsung tujuan pembelajaran, namun dalam tekhnik Quantum tujuan guru akan selalu menyertakan siswa untuk menjawab pertanyaan sendiri yaitu Apa manfaat ini bagiku (AMBAK). Dengan demikian seorang

Quantum teacher akan selalu menyediakan kejutan-kejutan yang akan terus ditelusuri oleh siswa.

Dalam pembelajaran bahasa Arab teknik ini sangat efektif untuk memancing ketertarikan siswa terhadap materi pemlajaran dan kelanjutannya. Dengan demikian siswa akan merasa dialah yang sangat membutuhkan pelajaran tersebut.

  1. Alami. Aspek alami (A) dimaksudkan memberikan pengalaman belajar kepada siswa dan menumbuhkan keinginan untuk mengetahui yang baru.

Untuk melaksanakan aspek ini guru harus memanfaatkan pengetahuan dan rasa ingin tahu siswa. Adanya pengetahuan awal yang dimiliki siswa akan sangat membantu guru untuk menanamkan pengetahuan baru. Pengetahuan yang saling berkesinambungan tersebut bisa didapatkan apabila siswa merasa mengalami.

Dalam penyampain pelajaran, guru harus mampu menemukan metode bagaimana siswa dapat menggunakan pengetahua yang telah dimilikinya untuk menggali hal yang belum diketahuinya. Demikian pula dalam pembelajaran bahasa Arab, pengetahuan siswa tentang aspek-aspek keterampilan bahasa Arab hendaknya dimanfaatkan untuk menelusuri aspek yang belum diketahui.

  1. Namakan. Unsur ini merupakan kelanjutan dari unsur sebelumnya. Setelah siswa melewati unsur Tumbuhkan (T) dan Alami (A) siswa akan merasa penasaran dengan informasi yang baru didapatkan, maka pada saat itu waktu yang paling tepat untuk menamakan atau memberi identitas terhadap informasi yang baru saja didapatkan oleh siswa. Pemberian nama dapat membantu siswa mengingat atau mengidentifikasi informasi yang baru dalam memori otak mereka, oleh karena itu pemberian nama bisa saja berupa simbol, identitas, rumus, dan definisi. Bisa juga pemberian identitas tersebut dengan menggunakan angka-angka atau gambar yang mudah terekam dalam otak siswa.

Dalam pembelajaran bahasa Arab unsur ini sangat efektif diterapkan dalam pembelajaran مفردات (kosa kata) dan فواعد (struktur bahasa).

  1. Demonstrasikan. Pada unsur ini titik tekannya berada pada proses pengaplikasian pengalaman yang telah didapat siswa pada unsur Alami (A) dan namakan (N). apapun bentuk pengetahuan yang telah berhasil dipatrikan dalam memori siswa dan telah diberi nama, maka dapat dilanjutkan pada tingkat pendemontrasian. Artinya pengetahuan (informasi) yang beru saja didapakatkan oleh siswa diusahakan untuk dikaitkan dengan kondisi lain di luar pelajaran tersebut dan dalam suasana yang berbeda. Dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dicontohkan siswa yang telah berhasil menguasai beberapa مفردات diupayakan untuk menggunakan mendemonstrasikan) dalam kesempatan-kesempatan yang mereka alami. Untuk mendukung pelaksanaan demontrasi ini seorang duru bisa menggunakan media drama, cerita, atau sekedar percakapan-percakapan sederhana dalam kehidupan siswa di sekolah.
  2. Ulangi. Unsur ini merupakan proses akhir dari proses memasukkan informasi baru kedalam memori siswa. Setelah diyakini siswa dapat mengalami (unsur A) dan memberi identitas (unsur N serta dapa mengaplikasikan (unsur D) informasi baru tersebut, maka langkah berikutnya adalah memastikan bahwa siswa telah “bisa”. Dengan kepastian tersebut tidak saja penting bagi pihak guru, oleh karena itu siswa juga perlu mengetaui bahwa mereka tahu (saya tahu bahwa saya tahu).pelaksanaan unsur U ini bisa secara individual atau kelompok. Cara individu misalnya setiap siswa dapat disuruh mendemonstrasikan informasi yang telah didapat dengan berulang-ulang, sementara cara kelompok bisa dilaksanakan dengan sejumlah siswa memdemonstrasikan informasi tersebut sementara siswa yang lain menilai dan mengoreksi pemahaman kelompok tersebut. Dalam bahasa Arab unsur ini sangat penting, mengingat keterampilan bahasa yang baik hanya akan diperoleh dengan cara mengulang-ulang atau mendemonstrasikan pengetahuan bahasa yang telah dimiliki siswa.
Rayakan. Unsur ini merupakan unsur terakhir dan penutup dari keenam unsur Quantum teaching. Segala apa yang telah didpat siswa harus dirayakan agar siswa memiliki keyakinan dan kepercyaan diri bahwa

  1. mereka telah berhasil memahami informasi atau materi pelajaran. Strategi untuk merayakan dapat dilakukan dengan cara menyanyi bersama, memberi pujian membuat pemintasan atau mengadakan pesta di kelas. Dalam pembelajaran bahasa Arab cara yang bisa ditempuh adalah dengan memberikan kepercayaan pada siswa untuk mencoba kemampuan bahasanya dengan orang lain yang bukan anggota belajarnya, misalnya dengan teman lain kelas, guru yang lain, atau dengan orang ‘asing dalam kehidupan bahasa Arab mereka.

Penutup

Quantum teaching adalah tekhnik pembelajaran yang menekankan pada aktualisasi kecerdasan siswa dan keterampilan guru dalm mengekplorasikannya. Dengan demikian seorang guru senantiasa dituntut untuk memahami siswa seutuhnya baik kemampuannya dalam merespon informasi, mengkaitkannya dengan pengalaman sebelumnya, menangkap urgensi informasi tersebut, memberikan identitas pada informasi baru, dan mengaplikasikannya pada suasana yang berbeda.

Tulisan ringkas ini di buat dengan tujuan menjadi tambahan wawasan bagi pengajar bahasa Arab dalam menemukan metode dan teknik yang mudah untuk menyampaikan pemebelajaran bahasa Arab pada siswa Madrasah Tsanawiyah. Tentu saja tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mendiskreditkan tekhnik dan model pembelajaran lain yang selama ini telah banyak diterapkan di lembaga kita.

Wa Allah A’lam

Rabu, 03 Juni 2009

PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Pengertian, Fungsi, Jenis dan Pengelolaannya

Oleh : MOHAMMAD TAYYIB, S.Ag

A. PENDAHULUAN

Perpustakaan merupakan salah satu sarana yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Semua jenjang pendidikan mulai dari yang paling rendah (Taman Kanak-kanak) sampai yang paling tinggi (Perguruan Tinggi), tidak akan berjalan dengan lancar tanpa dukungan sarana perpustakaan. Kegiatan pembelajaran tidak lepas dari peranan buku sebagai sumber informasi, demikian pula sumber informasi yang lain seperti peta, globe dan sebagainya, yang biasanya tersedia di perpustakaan.

Pada zaman dahulu perpustakaan lahir sebagai salah satu lembaga pendidikan non formal yang mampu memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat sebelum lahirnya lembaga pendidkan formal. Peran perpustakaan yang sangat dominan tersebut, tidak saja dirasakan hanya pada awal pertumbuhan Islam dan ilmu pengetahuan, akan tetapi jauh sebelum Islam lahir perpustakaan telah menghiasi dunia pendidikan pada zaman klasik.

Pada masa kejayaan Islam, perpustakaan benar-benar tampil sebagai pusat kajian ilmu dengan segala disiplin ilmu didalamnya. Pada masa kekhalifahan Abbasyiyah perpustakaan tersebar dibeberapa kawasan timur tengah seperti Sharaz, Mosul, Basrah, Kairo, Kordova, Fez, Tunis, dan Maroko.Demikian pula pada era setelahnya, yakni pada masa kemaharajaan Seljuk, perdana menteri Nidzamul Muluk mendirikan perpustakaan untuk madrasah Nidzamiyah yang memuat tidak kurang dari 6000 judul buku dalam semua disiplin ilmu, baik agama maupun umum (profan).

Ahmad Syalabi mengatakan, bahwa tersebarnya Islam dengan cepat keseluruh penjuru dunia, tidak lepas dari peran ilmu pengetahuan yang pada


* Kepala MAS. Miftahul Ulum Sumberjati - Pamekasan.

Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam: Sejarah dan Peranannya Dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan, terj Afandi dan Hasan Asari,Jakarta : Logos, 1994),161.

Ibid , 162.

Ibid , 164.

saat itu berpusat diperpustakaan. Para Khalifah dan Sultan akan membangun perpustakaan sebagai perioritas ketimbang bangunan lainnya. Dengan demikian muncullah perpustakaan-perpustakaan yang diakui dunia sebagai perpustakaan terbesar yang pernah ada saat itu, seperti perpustakaan Bait al_Hikmah, Bait al-Ilm, Dar al-Hikmah, Dar al-Ilm dan sebagainya.

Keberadaan perpustakaan terus dibutuhkan hingga dewasa ini. Beberapa pusat pendidikan di negara-negara maju seperti Amerika dan Australia, demikian pula dunia Arab, terus mengembangkan perpustakaannya seiring perkembangan ilmu pengetahuan. Demikian pula halnya dengan Indonesia yang mencoba mengejar ketinggalannya dari negara-negara lain.

A. PENGERTIAN PERPUSTAKAAN

Perpustakaan (Library) adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan berupa buku (non book material) yang di atur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap penggunanya.

Pengertian perpustakaan tersebut, sekaligus memberikan ciri-ciri terhadap perpustakaan itu sendiri. Selama ini apabila disebut kata perpustakaan, maka pikiran yang terlintas, terasosiasikan pada sejumlah tumpukan buku-buku, padahal tidak semua tumpukan-buku dapat dinamakan perpustakaan, meskipun memang buku adalah merupakan komponen utama dalam sebuah perpustakaan. Suatu satuan unit kerja dapat dikatakan perpustakaan, apabila telah memiliki ciri-ciri sebagai berikut ;

1. Merupakan suatu unit kerja. Sebagai contoh, perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya merupakan unit kerja IAIN Sunan Ampel Surabaya



Ahmad Syalabi, al-Tarbiyah wa al-Ta’limn Fi al-Fikr al-Islamy, (Kairo: Maktabah Al-Nahdah al-Mishriy, 1987),144-146.

Seringkali kali ditemukan pemahaman bahwa perpustakaan dikonotasikan sebagai kumpulan buku-buku. Perpustakaan tak jarang pula diasosiasikan dengan segala hal yang berkaitan dengan buku seperti kata Balai pustaka, kajian pustaka, dan sebagainya, lihat Sulisttyo dan Basuki, Periodisasi Perpustakaan Indonesia, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), 1.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996),3.

Ibid, 2.


1. Mengelola sejumlah bahan pustaka. Di perpustakaan harus tersedia bahan pustaka yang berupa buku dan non buku seperti majalah, surat kabar, brosur, mikro film, peta, globe, dan gambar-gambar

2. Digunakan oleh pemakai. Perpustakaan diadakan dengan tujuan diantaranya untuk merangsang minat pengunjung untuk mempergunakan perpustakaan tersebut sebagai sumber belajar, tempat penelitian dan sebagainya

3. Sebagai sumber informasi. Disamping fungsi utama adalah sebagai sumber belajar, maka perpustakaan juga digunakan sebagai sumber informasi lainnya.

A. MANFAAT PERPUSTAKAAN

Sebagai salah satu sumber belajar, perpustakaan memiliki manfaat yang tidak kecil dalam mencapai tujuan belajar secara umum. Manfaat perpustakaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut ;

1. Perpustakaan dapat menimbulkan kecintaan peserta didik terhadap kegiatan membaca dan memperdalam pengetahuan, baik yang telah dipelajarinya di dalam kelas, atau pun yang belum pernah dipelajari sebelumnya

2. Perpustakaan dapat menanamkan kebiasaan belajar mandiri oleh peserta didik tanpa bimbingan guru secara langsung

3. Perpustakaan dapat mempercepat penguasaan teknik membaca

4. Perpustakaan dapat melatih peserta belajar pada arah tanggung jawab ilmiah

5. Perpustakaan dapat melatih perkembangan kemampuan bahasa peserta didik



Cyril M. Harris, Dictionary Of Architecture and Construction, (New York: Mc Graw-Hill, 1975), 415.baca juga Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekola, 2.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 3.

RK. Gardner, Library Collection: Their Origin, selection, and development, (New York: McGraw-Hill, 1981), 13.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 5.

Cyril M. Harris, Dictionary Of Architecture and Construction, 417.baca juga Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 5.

Keyes D. Metcalf, Planning Academic and Research Library Buildings, (New York: Mc.Grqw-Hill Book Company, 1965), 33.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah,6.

Luwarsih Pringgoadisurjo, Perpustakaan Khusus: Pengantar Keorganisasi dan Administrasi, (Jakarta: PDIN-LIPI, 1971), 54.


1. Perpustakaan dapat membantu peserta didik dalam kelancaran tugas-tugas belajarnya

2. Perpustakaan dapat membantu guru dalam menemukan sumbetr-sumber pengajaran

3. Perpustakaan dapat membantu seluruh elemen pendidikan (civitas akademika) dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

D. FUNGSI PERPUSTAKAAAN

Disamping manfaat yang telah disebutkan di atas, perpustakaan memiliki fungsi sebagai berikut;

1. Fungsi Edukatif. Perpustakaan akan menyediakan buku-buku dan sarana belajar yang disesuaikan dengan tingkat kurikulum unit lembaga yang menaungi perpustakaan tersebut. Dengan demikian perpustakaan secara tidak langsung akan menjadi sarana pendukung suksesnya tujuan pendidikan yang dicanangkan oleh unit lembaga pendidikan tersebut

2. Fungsi Informatif. Perpustakaan yang maju, tidak hanya menyediakan buku-buku sebagai koleksinya, akan tetapi lebih dari itu perpustakaan akan menyiapkan sumber informasi yang lain, sepereti ; majalah, surat kabar, pamflet, guntingan artikel, peta, over head projector (OHP), slide projector, filmstrip projector, televisi, prabola, video tape projector, jaringan internet dan sebagainya, yang semuanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan dalam menelusuri informasi yang dibutuhkan

Fungsi Tanggung Jawab Administratif. Proses pelayanan perpustakaan di kelola dengan pola administratif yang baik, dengan mementingkan disiplin yang tinggi, yang mengikat pada pustakawan, pengguna, pengelola dan penyelenggara unit pendidikan itu sendiri. Pola interaksi


Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 6.

Ibid.

Cyril M. Harris, Dictionary Of Architecture and Construction, 417. Bandingkan dengan Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 6.

Ibid .

Iboid, 7.


1. yang diterapkan adalah dengan menggunakan tata adminstrasi yang baik, seperti proses peminjaman, pengembalian dan sebagainya

2. Fungsi Riset. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, perpustakaan di samping berfungsi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan sumber pengajaran, perpustakaan dapat juga digunakan sebagai tempat penelitian ilmiah

3. Fungsi Rekreatif. Fungsi rekreatif yang dimaksudkan disini, bukanlah rekreasi secara fisik, akan tetapi lebih mengarah pada psikologisnya. Sebagai contoh, seorang peserta belajar yang merasa jenuh atau stress kemudian ia mengunjungi perpustakan dan membaca tentang tempat-tempat yang indah, bertemu dengan referensi yang selama ini dibutuhkan, atau bertemu dengan seseorang yang selama ini dicarinya, maka ia akan menemukan kembali semangatnya.

E. JENIS-JENIS PERPUSTAKAAN

Ditinjau dari skala kegiatan dan jangkauan penggunanya, serta jenis koleksi yang ada didalamnya, perpustakaan dibedakan jenisnya sebagai berikut ;

1. Perpustakaan Nasional.

Perpustakaan nasional adalah perpustakaan yang dikelola pemerintah pada tingkat nasional dan berfungsi sebagai perpustakaan nasional

2. Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang dibiayai dari dana umum, baik sebagian atau seluruhnya, terbuka untuk mesyarakat umum tanpa membeda-bedakan usia, jenis kelamin, kepercayaan, agama, ras, pekerjaan, keturunan, serta memberikan layanan cuma-cuma untuk umum



Ibid.

Ibid 8.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), 8.

Sulisttyo dan Basuki, Periodisasi Perpustakaan Indonesia, 23.

Ibid., 35.


1. Perpustakaan Sekolah, Anak dan Remaja

Perpustakaan dalam jenis ini adalah perpustakaan yang berada di sekolah dengan fungsi utama membantu tercapainya tujuan sekolah serta dikelola oleh sekolah yang bersangkutan. Dalam pengertian ini, sekolah mencakup semua tingkatan mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah lanjutan atas

2. Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di bawah pengawasan dan dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi tersebut mencapai tujuannya

3. Perpustakaan Khusus

Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat referensi dan penelitian serta sarana memperlancar pelaksanaan tugas suatu instansi atau lembaga tertentu, seperti perpustakan yanga berada di bawah naungan perusahaan, depertemen dan lembaga negara, lembaga penelitian, pusat informasi dan dokumen, lembaga-lembga swasta, dan sebagainya

F. DASAR-DASAR PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN

Setelah menyadari betapa pentingnya peran perpustakaan, baik sebagai sarana pelengkap pendidikan, maupun sebagai sumber belajar, maka di rasa perlu untuk mengetahui dasar-dasar pengelolaan perpustakaan. Pada prinsipnya pengelolaan perpustakaan adalah sebagai berikut, :

1. Pengadaan Bahan-bahan Pustaka

Bahan-bahan pustaka adalah buku-buku, surat kabar, majalah, peta, globe, radio, tape recorder, kaset, disk, filmslide projector, filmstrip projector dan sebagainya pengadaan bahan-bahan pustaka bisa diperoleh


Ibid, 56.

Luwarsih Pringgoadisurjo, Perpustakaan Khusus: Pengantar Keorganisasi dan Administrasi, 55. baca juga. Sulisttyo dan Basuki, Periodisasi Perpustakaan Indonesia, 63.

Luwarsih Pringgoadisurjo, Perpustakaan Khusus: Pengantar Keorganisasi dan Administrasi, 54 bandingkan dengan Sulisttyo dan Basuki, Periodisasi Perpustakaan Indonesia, 81-82.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), 27.


dengan cara pembelian, hadiah dari perseorangan atau badan usaha atau instansi terkait, pinjaman dari perseorangan atau lembaga terkait, tukar menukar dengan perpustakaan lain, dan cara lain yang dibenarkan dalam etika ilmu pengetahuan. Semakin banyak koleksi bahan pustaka, akan semakin tinggi kualitas perpustakaan itu sendiri. Bahan pustaka yang telah menjadi milik sebuah perpustakaan harus diinventarisir kemudian distempel dengan stempel perpustakaan tersebut, kemudian diberi kode atau nomor inventaris. Seluruh aset pustaka memerlukan perawatan yang teratur, bersistem, dan bersinambung.

2. Kalasifikasi

Klasifikasi dalam hal ini adalah proses memiliih dan mengelompokkan buku-buku perpustakaan atau bahan pustaka lainnya atas dasar tertentu serta diletakkan secara bersama-sama di suatu tempat. Klasifikasi sangat penting untuk mempermudah pengguna, pustakawan, dan guru dalam menemukan bahan pustaka yang dibutuhkan. Pengklasifikasian bisa berdasarkan: abjad nama pengarang, subyek, abjad judul buku, kegunaan buku, nama penerbit, bentuk fisik, subyek isi buku, dan bahasa. Pengklasifikasian yang paling sering digunakan dalam perpustakaan lembaga pendidikan adalah dengan sestem subyek.



RK. Gardner, Library Collection: Their Origin, selection, and development, 15. Baca juga Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 37.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah,, 41.

Ibid 42. Bandingkan dengan RK. Gardner, Library Collection: Their Origin, selection, and development, 15.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 42.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 46. Dan RK. Gardner, Library Collection: Their Origin, Selection, and Development, 16.

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Derktorat Jendral Pendidikan Tinggi, “Koleksi” dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman, (Jakarta, 1994), 31.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), 51.

RK. Gardner, Library Collection: Their Origin, Selection, and Development, 19. Bandingkan dengan Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 55.

Ibid , 56.

ibid , 57

Ibid dan RK. Gardner, Library Collection: Their Origin, selection, and development, 18.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, , 57.

Ibid, 58. Dan RK. Gardner, Library Collection: Their Origin, selection, and development, 21

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 58.


3. Katalogisasi

Katalogisasi adalah suatu proses mengkatalog bahan-bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan. Katalog merupakan suatu daftar yang berisi keterangan-keterangan yang lengkap (komprehensif) dari masing-masing koleksi perpustakaan. Keterangan yang tertera dalam katalog adalah judul buku, nama pengarang, edisi atau jilid (kalau ada), kota penerbitan, nama penerbit, tahun terbit, jumlah eksemplar, dan sebagainya. Daftar katalog tersimpan dalam almari khusus katalog, atau kalau memungkinkan dengan menggunakan sistem katalog komputer dengan pemakian sistem perangkat lunak DBMS (Data Base Management System) dan sebagainya..

4. Pengaturan dan Pemeliharaan Bahan Pustaka

Pengaturan berarti penyusunan dan penyimpanan bahan pustaka, sehingga memudahkan pengambilan dan pengembaliannya. Untuk mempermudah pengaturan, maka setiap bahan pustaka harus dilengkapi dengan label atau nomor seri, kartu katalog beserta kantongnya, dan slip tanggal.

Pemeliharan berarti menjaga keberadaan koleksi bahan pustaka agar tetap utuh, tidak rusak, tidak kotor, tidak hilang, tersusun rapi di tempatnya masing-masing, serta diusahakan untuk selalu bertambah. Perbaikan juga berarti memperbaiki koleksi bahan pustaka yang rusak, mengganti yang hilang serta meperbanyak jumlah eksemplarnya..



CFB. Hoffman, Getting Ready For AACR 2: The Catalogers Guide, (New York: Knowledge Industry Publications, 1980), 55. Baca juga Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 89.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 89.

Sumardji, Pelayanan Perpustakaan (Yogyakarta : Kanisius, 1998) 11.

Sulisttyo dan Basuki, Periodisasi Perpustakaan Indonesia,98.

RK. Gardner, Library Collection: Their Origin, Selection, and Development, 45. dan Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 113.

Ibid, 120.


3. Pelayanan Pengguna Perpustakaan

Pelayanan merupakan kegiatan pemberian pelayanan kepada pengunjung perpustakaan dalam menggunakan bahan-bahan pustaka. pelayanan pengguna perpustakaan meliputi :

a. Pelayanan sirkulasi yaitu kegiatan melayani peminjaman dan pengembalian buku-buku perpustakaan, serta pembuatan statestik pengunjung. Daftar koleksi yang di pinjam dan dikembalikan dicatat oleh pustakawan bagian sirkulasi dalam buku tertentu atau dalam sistem komputerisasi.

b. Pelayanan referensi. Pelayanan referensi mengacu pada pelayanan informasi dan pemberian bimbingan belajar. Pelayanan informasi meliputi hal-hal yang berkaitan dengan perpustakaan yang tidak terjangkau dalam tata kerja pegawai sirkulasi.sedangkan pelayanan pemberian bimbingan belajar adalah kegiatan membimbing pengguna perpustakan dalam memahami referensi yang digunakan. Layanan bimbingan belajar biasanya dibutuhkan dalam perpustakaan untuk lembaga pendidikan dasar dan menengah.

Kegiatan pokok pelayanan referensi adalah;

(1) Memberikan informasi yang bersifat umum, baik mengenai perpustakaan itu sendiri, maupun mengenai Unit pelayanan referensi

(2) Memberikan informasi yang bersifat khusus yang memerlukan koleksi referensi atau tentang jaringan kerjasama perpustakaan tersebut dengan perpustakaan lain



FW. Lancester, Libraries and Librarians In an age Of Electronic, (Arlinton dan Virginia : Information Resources, 1982), 207. Baca juga Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 124.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 125.

A. Rahman Saleh dan Mustafa, Penggunaan Komputer Untuk Pelayanan Informasi di Perpustakaan dalam kepustakawanan Indonesia: Potensi dan Tantangan, (Jakarta: Kesaint Blanc, tt,) 96. Baca juga Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 126.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 129.

Sumardji, Pelayanan Perpustakaan, 14.

Sulisttyo dan Basuki, Periodisasi Perpustakaan Indonesia, 100.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 134.

P. Sumadji, Pelayanan Referensi Di Perpustakaan, (Yogyakarta: Kanisius, 1992),13.

Ibid, 14.


(1) Memberikan bantuan ditemukannya informasi yang dibutuhkan pengunjung

(2) Memberikan bantuan pengarahan pada pengunjung yang membutuhkan

(3) Memberikan bimbingan belajar kalau dibutuhkan

Pelayanan perpustkaan bisa bersifata terbuka, yakni pengunjung bebas masuk pada ruang koleksi dan mengambil sendiri buku yang diinginkan (Tata Pajan), atau dengan sistem tetutup, artinya pengunjung tidak diperkenankan masuk dan hanya menyebutkan buku yang diinginkan, sedangkan yang mengambil adalah petugas perpustakaan.

a. Tata Tertib Perpustakaan. Untuk kelancaran pelayanan sirkulasi dan referensi, perpustakaan hendaknya menerbitkan tata tertib yang dapat dijadikan pedoman oleh setiap penggunanya. Tata tertib yang baik biasanya meliputi; sifat dan status perpustakaan, keanggotaan perpustakaan, bahan-bahan pustaka yang ada, sanksi bagi pelanggar tata tertib, iuran anggota (kalau ada), sistem penyelenggaraan, dan jadwal (waktu) pelayanan.

3. Penyediaan Perlengkapan Perpustakaan

Dalam penyelenggaraannya, perpustakaan memerlukan ruang khusus beserta segala perlengkapan yang dibutuhkan. Perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan tersebut antara lain adalah ;

Ruang Perpustakaan. Ruang perpustakaan boleh di-design seperti ruang kelas atau bentuk lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah luas ruang perpustakaan harus disesuaikan dengan jumlah pelanggan perpustakaan itu sendiri. Ukuran ruang perpustakaan untuk SD adalah 1 m2 : 7 murid, SLTP 1 m2 : 4 siswa, SLTA dan umum 1 m2 : 3.


Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Derktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman,32.

Sumardji, Pelayanan Perpustakaan, 52-53.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 143.

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Derktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman,99.


a. Ukuran-ukuran tersebut adalah ukuran maksimal. Penyediaan ruang perpustakaan sebaiknya harus memperhatikan beberapa hal :

(1) Gedung perpustakaan berdekatan dengan ruang-ruang belajar, atau kalu mungkin di pusat kampus atau lembaga yang menaunginya

(2) Berdekatan dengan lokasi parkir, jauh dari kebisingan, mudah dicapai oleh kendaraan pengangkut buku, aman dari kebakaran dan banjir serta pencurian, dan mudah diperluas sewaktu-waktu.

(3) Terletak pada arus lalu lintas manusia agar faktor aksibilitas dapat dicapai setinggi-tingginya, teapi hindarkanlah menjadi lalu lintas manusia

b. Peralatan perpustakaan. Peralatan tersebut meliputi peralatan habis pakai seperti potlot, potlot warna, buku catatan, blangko surat, kartu anggota, catatan sirkulasi buku, dan sebagainya,demikian juga perlatan yang sifatnya tahan lama seperti mesin ketik, komputer, jam dinding, dan sebaginya.

c. Perlengkapan perpustakaan. Perlengkapan yang dibutuhkan antara lain adalah rak buku, rak surat kabar, rak majalah, gambar-gambar besar, meja kursi, lemari katalog, kereta buku, papan displayn (tempat memamerkan buku-buku baru), dan lain-lain.

3. Pengangkatan Petugas Perpustakaan.

Untuk kelancaran penyelenggaraan perpustakaan, maka perlu ditunjuk petugas perpustakaan yang terdiri dari;

a. Kepala perpustakaan, yang bertugas mengorganisir kegiatan perpustakaan

Staf perpustakaan, yang ertugas melaksanakan program kerja yang telah disusun oleh kepala perpustakaan. Staf perpustaklaan setidaknya terdiri


Soejono Trimo MLS. Pengetahuan Dasar Dalam Perencanaan Gedung Perpustakaan ,(Bandung : Angkasa, 1986),34.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 152.

Soejono Trimo MLS. Pengetahuan Dasar Dalam Perencanaan Gedung Perpustakaan, 34.

Sumardji, Pelayanan Perpustakaan, 52.

Ibid , 24.

Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 155.

Ibid ,159.

Ibida, 177.


a. dari petugas pelayanan teknis atau processing, petugas pelayanan pembaca, petugas tata usaha, dan satuan pengamanan (Sat-Pam).seluruh petugas perpustakaan harus memenuhi kreteria; memiliki pengetahuan bidang perpustakaan, memiliki pengetahuan bidang pendidikan, memiliki minat terhadap pengembangan perpustakaan, suka bekerja keras, tekun, dan teliti, serta terampil dalam mengelola perpustakaan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka lembaga penyelenggara perpustakaan senatiasa mengadakan pembinaan kemampuan dan pembinaan moral kerja petugas perpustakaan.

G. PENUTUP

Perpustakaan yang dikonotasikan sebagai sarana pendidikan yang erat kaitannya dengan buku-buku dan sumber pembelajaran, terasa amat penting keberadaannya. Oleh karena itu sebuah institusi pendidikan akan merasa sangat sulit dalam memacu semangat belajaar peserta didiknya, tanpa dukungan dari keberadaan perpustakaan yang memadai.

Bagi sebagian (mungkin kebanyakan) lembaga pendidikan, pengadaan sarana perpustakaan, bukanlah merupakan hal yang mudah. Hal itu dikarenakan pengadaan perpustakaan memerlukan dana yang tidak sedikit serta sumber daya manusia yang handal sebagai pengelolanya. Oleh karena iti, menjadi tugas kita semua untuk memikirkan keberlangsungan kegiatan kependidikan yang disertai dengan pemenuhan saranaya, termasuk didalamnya adalah perpustakaan.



RK. Gardner, Library Collection: Their Origin, Selection, and Development, 87. dan Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, 178.

Ibid, 176.

Ibid, 181, 184.


BIBLIOGRAPHY

Bafadal, Ibrahim. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Derktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman.Jakarta, 1994.

Gardner, RK. Library Collection: Their Origin, Selection, and Development. New York: McGraw-Hill, 1981.

Harris, Cyril M. Dictionary Of Architecture and Construction. New York: Mc Graw-Hill, 1975.

Hoffman, CFB. Getting Ready For AACR 2: The Catalogers Guide. New York: Knowledge Industry Publications, 1980.

Lancester, FW. Libraries and Librarians In An Age Of Electronic. Arlinton dan Virginia : Information Resources, 1982.

Metcalf, Keyes D. Planning Academic and Research Library Buildings. New York: Mc.Grqw-Hill Book Company, 1965.

Pringgoadisurjo, Luwarsih. Perpustakaan Khusus : Pengantar Keorganisasi dan Administrasi. Jakarta: PDIN-LIPI, 1971.

Rahman Saleh, A. dan Mustafa, Penggunaan Komputer Untuk Pelayanan Informasi di Perpustakaan dalam kepustakawanan Indonesia: Potensi dan

Tantangan. Jakarta: Kesaint Blanc, tt,.

Stanton, Charles Michael. Pendidikan Tinggi dalam Islam: Sejarah dan Peranannya dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan, terj Afandi dan Hasan Asari. Jakarta : Logos, 1994.

Sulisttyo dan Basuki, Periodisasi Perpustakaan Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.

Sumadji, P. Pelayanan Referensi di Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius, 1992.

_________. Pelayanan Perpustakaan. Yogyakarta : Kanisius, 1998

Syalabi, Ahmad. al-Tarbiyah wa al-Ta’limn Fi al-Fikr al-Islamy. Kairo: Maktabah Al-Nahdah al-Mishriy,1987.

Trimo MLS, Soejono. Pengetahuan Dasar dalam Perencanaan Gedung Perpustakaan. Bandung : Angkasa, 1986.