Rabu, 03 Juni 2009

MANAJEMEN KESISWAAN DALAM

PERSFEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Oleh: Mohammad Tayyib, S.Ag, *

A. PENDAHULUAN

Tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi selain itu ia juga berfungsi untuk mengembangkan sikap kepribadian dan aspek sosial dan emosional siswa, di samping keterampilan-keterampilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan bimbingan dan bantuan berbagai pemasalahan peserta didik, baik dalam belajar, emosional maupun sosial, sehingga peserta didik tersebut dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi masing-masing.[1]

Kegiatan di sekolah pada akhirnya ditujukan unutuk membantu siswa untuk mengembangkan dirinya. Upaya tersebut akan tercapai jika siswa sendiri secara aktif berupaya mengembangkan diri sesuai dengan program-program yang dirancang sekolah. Oleh karena itu sangat penting untuk menciptakan situasi yang kondusif agar siswa dapat mengembangkan diri secara optimal.

Untuk mewujudkan harapan tersebut diatas, maka sangat dibutuhkan manajemen yang khusus mengatur kegiatan siswa baik pada awal masuk sampai masa tamat belajar dari sebuah lembaga pendidikan. Manajemen tersebut bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah. Dan manajemen dalam bidang penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan siswa dalam ilmu pendidikan disebut dengan Manajemen Kesiswaan.

Kaitannya dengan pendidikan Islam, anak didik (siswa) adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.[2] Dalam pandangan yang lebih modern, anak didik (siswa) tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan. Hal tersebut antara


* Kepala MA. Miftahul Ulum Sumberjati - Pamekasan.

[1] Syaiful Bahri dan Azwanzain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 76.

[2] Muhaimin, et.al. Paradigma Pendidikan Islam (Bandung : Rosda Karya, 2001), 108.


lain dilakukan dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.

Makalah ini akan mendeskripsikan secara singkat tentang manajemen kesiswaan dalam pandangan pendidikan umum yang dikomparasikan dengan manajemen kesisiwaan dalam perspektif pendidikan Islam. Rujukan utama manajemen kesiswaan dalam makalah ini adalah adalah pemikiran Richad A. Gorton dalam bukunya School Administration, disamping buku-buku kependidikan umum lainnya.

A. Definisi, Tujuan Dan Prinsip-Prinsip Manajemen Kesiswaan

Mulyasa mendefinisikan manajemen kesiswaan dengan penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah.

Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.[1]

Sedangkan prinsip-prinsip manajemen kesiswaan, menurut Depdikbud ada 4 (empat) prinsip dasar dalam manajemen kesiswaan, yaitu :

1. Siswa harus diperlakukan sebagai subjek dan bukan objek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.

2. Kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial, ekonomi, minat dan sebagainya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optiomal.

3. Siswa hanya akan termotivasi belajar, jika mereka menyenagi apa yang diajarkan.

4. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotor.[2]

B. Manajemen Kesiswaan dalam Pandangan Richard A. Gorton

Manajemen kesiswaan menurut Gorton meliputi: 1) Permasalahan disiplin siswa, 2) Cara menanggulangi permasalahan disiplin siswa, 3) Pelayanan pribadi siswa (bimbingan dan konseling), 4) Program kegiatan siswa.



[1] Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung : Rosda Karya, 2002), 46.

[2] Depdiknas, Panduan Manajemen Sekolah (2000),87.


1. Masalah Disiplin Siswa

Masalah utama pada suatu sekolah adalah adanya siswa yang berprilaku buruk, dan prilaku buruk siswa inilah yang menjadi masalah bagi administrator sekolah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pencegahan dan penanggulangan perilaku buruk siswa tergantung pada banyak variabel, termasuk sifat dasar siswa sendiri, ada dua faktor yang mempengaruhi administrator sekolah dalam mencegah dan mengurangi masalah disiplin siswa, yaitu :

a. Penyebab masalah disiplin siswa

Pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk mencegah dan mengurangi masalah disiplin siswa.

2. Jenis-jenis Masalah Disiplin Siswa

Ada empat kategori secara umum masalah disiplin siswa, yaitu

No.

Jenis

Contoh

1.

Perilaku buruk di kelas

a. Membentak Guru

b. Tidak memperhatiakan

c. Mengganggusiswa lain

d. Fandalisme (sukak merusak)

e. Mengucapakan kata-kata kotor

f. Menyontekatau menjiplak

g. Melakukan penyerangan

2.

Perilaku Buruk Di Luar Kelas

a. Perkelahian

b. Fandalisme

c. Merokok

d. Menggunakan obat terlarang

e. Pakaian Siswa

f. Pencurian

g. Penjudian

h. Mencoret-coret

i. Aktivisme Siswa

3.

Pembolosan

a. Meninggalakan Kelas

b. Bolos sekolah

4.

Keterlambatan

Sering terlambat masuk sekolah


1. Diagnosa Masalah Disiplin Siswa

Untuk mendiagnosa suatu masalah disiplin siswa secara akurat, administrator sekolah harus menginvestigasi kebenaran beberapa alternatif hipotesis atau keterangan tentang perilaku buruk siswa, walaupun dasar hipotesis tersebut sangat beragam berdasarkan jenis disiplin yang berbeda.

Mendiagnosa penyebab perilaku buruk siswa adalah suatu tugas yang kompleks. Secara umum, pendekatan pertama yang akan menginvestigasi adalah tiga hipotesis yang terdiri dari: a) Faktor Individu, b) Faktor Sekolah, c) Faktor Lingkungan Rumah dan Masyarakat, sebagaimana tabel di bawah ini:

No

Faktor

Penyebab

1.

Faktor Sekolah Sendiri

a. Pengajaran yang kurang bagus

b. Kurikulum yang menyimpang

c. Jadwal sekolah yang tidak berubah

d. Penyesuaian program sekolah yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan.

2.

Faktor Pribadi Siswa

a. Tidak memahami aturan-aturan/ disiplin

b. Tidak memahami alasan kenapa aturan tersebut di laksanakan

c. Latar belakang yang tidak baik

d. Hubungan dengan teman yang tidak menyenangkan

e. Gangguan psikologi pada siswa

f. Konflik pribadi antara siswa dan guru

3.

Faktor Lingkungan Rumah dan Masyarakat

a. Tidak ada figur yang berwibawa dalam lingkungan rumah atau keluarga

b. Gangguan kejahatan antara tetangga

c. Aktivitas siswa setelah sekolah (bekerja atau aktivitas lain ) yang menyebabkan siswa terlalu lelah di malam hari.

a. Proses Diagnosa

Adapun proses diagnosa terhadap masalah disiplin siswa adalah sebagai berikut :

Memeriksa riwayat siswa secara menyeluruh sebagai petunjuk kemungkinan adanya masalah belajar pada siswa yang menyebabkan

1) putus asa dan berperilaku buruk seperti rendahnya nilai membaca, perilaku buruk pada masa lalu, dan tidak berprestasi.

2) Mengadakan pertemuan dengan siswa untuk menjelaskan tanggapan siswa terhadap sekolah dan aspek-aspek lingkungan sekolah yang menyebabkan siswa merasa sulit melakukan apa yang ia kehendaki dan sukai.

3) Mengevaluasi rancangan dan program kesiswaan, apakah sesuai dengan latar belakang siswa, minat dan sikap mereka.

4) Mengevaluasi kurikulum dan rancangan pembelajaran guru dalam lingkup program siswa dimana mereka belajar, untuk mengetahui pelajaran yang sulit dari siswa akademik maupun perbuatan (sikap).

5) Mengadakan pertemuan dengan guru-guru siswa untuk menganalisa terhadap masalah-masalah disiplin siswa.

6) Mengobservasi hubungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam lingkungan sekolah yang berbeda, seperti di kelas, cafetarea, dan dalam program ekstrakurikuler.

7) Mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa untuk mendengarkan sikap dan tanggapan mereka terhadap disiplin siswa sebagai bahan masukan untuk evaluasi secara menyeluruh.

1. Disiplin Guru dan Siswa

Administrator sekolah bertanggung jawab untuk mengurus suatu program disiplin sekolah, sedangkan guru menjalankan aturan yang ada dalam program tersebut, karena guru untuk menjalankan aturan-aturan sekolah dan undang-undang perilaku siswa, seorang figur yang pertama kali ditiru, dianut dan memberi reaksi pada perilaku siswa. Dan guru kelas juga berperan penting dalam mengurangi perilaku buruk siswa, semua itu bisa dilihat dari persiapan pengajaran guru, tehknik mengajar, kepribadian dan aspek–aspek lain di kelas yang dapat mengurangi masalah perilaku buruk siswa.

2. Memanfaatkan Ahli-ahli Profesional

Dalam mencegah dan mengurangi perilaku buruk siswa, administrator sekolah hendaklah memamfaatkan tenaga-tenaga ahli yang profesional yang tersedia yaitu konselor sekolah, ahli psikologi, pekerja sosial, perawat, pejabat penegak hukum, dan LSM bidang kekeluargaan untuk bekerja sama dalam menanggulangi, mencegah dan mengurangi masalah disiplin siswa, akan tetapi mereka secara khusus bisa memberikan kontribusi yang bernilai dalam

mendiagnosa dasar timbulnya masalah dan membuat rekomendasi tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan untuk memperbaiki masalah disiplin siswa.

A. Respon Terhadap Masalah Disiplin Siswa

Ada dua pertayaan yang mendasar yaitu : Bagaimana administrator sekolah mengatasi atau menanggulangi siswa yang berperilaku buruk? Dan bagaimana pencegahannya supaya tidak terjadi lagi?

1. Pendekatan Memberi Hukuman

Dalam menentukan hukuman bagi siswa. Administrator sekolah hendaklah memilih beberapa alternatif yang berikut ini :

1. Hukum secara verbal (teguran)

2. Penahanan (siswa harus tinggal setelah sekolah)

3. Penugasan untuk bekerja sekeliling gedung setelah sekolah

4. Hukuman badani

5. Persekoran

6. Rekomendasi pengusiran

Akan tetap seorang administrator sekolah harus memberi hukuman kepada siswa yang berperilaku buruk, ada empat faktor yang mempengaruhi administrator sekolah dalam memberi hukuman, yaitu :

1. Penyebab timbulnaya perilaku buruk siswa

2. Beratnya pelanggaran

3. Kebiasaan melanggar

4. Kepribadian pelanggar

Dalam menghukum siswa, administrator sekolah hendaklah melakukannya secara baik dengan memperhatikannya rekomendasai yang dikeluarkan oleh O. Learys, yaitu :

1. Gunakanlah hukuman dengan hemat

2. Menjelaskan kepada siswa kenapa diberi hukuman

3. Memberi hadiah kepada siswa untuk memanfaatkan alternatif kemampuannya

4. Menghindari hukuman fisik jika tidak diperlukan

5. Menghindari hukuman ketika dalam keadaan marah atau emosi

2. Hukuman Badani

Dalam menentukan jenis hukuman yang akan digunakan. Administrator Sekolah membutuhkan kehati-hatian terhadap baberapa faktor yang mempengaruhi keputusan mereka. Contohnya, sekarang muncul openi bahwa hukuman badani adalah jenis hukuman yang sudah tidak sesuai dan tidak dapat diterima untuk menanggulangi perilaku buruk siswa, dan keefektifitasannya juga dipermasalahkan oleh beberapa ahli, diantaranya: “Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hukuman badani adalah tidak efektif dalam mengurangi masalah-masalah perilaku buruk siswa. Indikasi lain menyebutkan bahwa sekolah yang menetapkan hukuman badani akan menghadapi permasalahan perilaku buruk siswa yang akan bertambah”

Miskipun muncul openi perlawanan terhadap penggunaan hukuman badani. Administrator Sekolah hendaklah mengetahui bahwa hukuman badani bisa dapakai hanya dalam kondisi yang terbatas, yaitu kondisi legal, adanya aturan Negara yang mengizinkan penggunaan hukuman badani, maka dia di bawah lindungan hukum, paling tidak bertujuan untuk :

1. Bertidak untuk memotivasi yang baik dan bukan karena kemarahan atau emosi

2. Memberi hukuman yang layak dan sepantasnya

3. Memutuskan memberi hukuman sesui dengan beratnya pelanggaran

4. Menjalankan tanggung jawab aturan yang dipakai untuk menjalankan hukuman adalah masuk akal

3. Persekoran dan Pengusiran

Persekoran dan pengusiran diberikan kepada siswa yang berperilaku buruk yang berat. Persekoran berarti perpindahan sementara dari sekolah pada masa periode waktu yang tertentu, umumnya satu hari sampai beberapa minggu tergantung pelanggaran. Persekoran kepada siswa dilakukan apabila siswa selalu mengulangi pelanggaran yang kecil dan perilaku buruk yang serius, seperti merokok di kelas dan pembolosan. Sedangkan pengusiran adalah perpindahan siswa dari sekolah untuk masa periode waktu yang permanen, biasanya paling sedikit satru semester atau lebih tergantung beratnya perilaku buruk yang dilakukan.

Berdasarkan penelitian pusat hukum kejahatan nasional di louis University, ada beberapa jenis perilaku buruk siswa yang menjadikan siswa diusir dan disekor oleh Administrator Sekolah, yaitu :

1. Peyerangan terhadap orang lain yang berada dilingkungan sekolah

1. Ketidak patuhan yang disengaja yang dilakukan berulang kali terhadap tindakan Administrator sekolah dalam wewenang yang resmi yang bisa mempengaruhi jalannya pendidikan dan pembelajaran bagi siswa lain yang berada di sekolah.

2. Memiliki atau menjual narkotik atau obat-obatan terlarang

Pusat penelitian juga merekomendasi untuk memberikan hukuman persekoran kepada siswa yang berperilaku buruk seperti dibawah ini :

1. Ketidakjujuran akademik, seperti mencontek dan menjiblak

2. Merusak atau mencuri alat-alat sekolah

3. Membuat kekacauan yang disengaja pada fungsi pendidikan yang ada di sekolah

4. Memiliki senjata api

4. Pendekatan Tanpa Hukuman pada Siswa yang Berperilaku Buruk

Implikasi dari data and statemen yang sudah didiskusikan pada bab pertama adalah Administrator Sekolah memerlukan sesuatu yang lebih kongkrit dalam mendiagnosa dan memperbaiki masalah disiplin sekolah serta mengurangi hukuman kepada siswa yang berperilaku buruk. Akan tetapi hukuman masih diperlukan hanya untuk mengontrol dan menghilangkan perilaku buruk serta untuk mendapatkan tanggapan dari guru serta orang tua. Hal tersebut merupakan solusi yang terbaik terhadap suatu masalah yang membutuhkan alternatif cara lain.

Adapun model pendekatan alternatif bagi Administrator Sekolah untuk mengurangi perilaku buruk siswa adalah sebagaimana bagian di bawah ini:

Alternatif Pertibangan, tanpa hukuman berarti prilaku buruk tidak terulang

Yang harus diperhatikan oleh Administrator Sekolah adalah memahami bahwa diagnosanya terhadap penyebab perilaku buruk siswa sangat mempengaruhi pilihannya pada pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk mencegah masalah supaya tidak terulang lagi. Jika Administrator Sekolah memutuskan bahwa penyebab masalah ada pada diri siswa itu sendiri, maka usaha untuk merubah siswa kemungkinan bisa menggunakan satu atau lebih pendekatan yang ada pada bangan diatas. Di sisi lain, jika administrator sekolah mendiagnosa penyebab masalah ada pada lingkungan siswa (lingkungan sekolah atau rumah dan masyarakat), maka Administrator Sekolah harus mencoba untuk merubah lingkungan tersebut.

Ada beberapa kemungkinan hubungan antara masalah belajar dengan perilaku buruk siswa, seperti contoh dibawah ini :

Oval: -	Bosan -	Putus asa -	MarahA.










Masalah-masalah Belajar



Prilaku Buruk







B.

Masalah Belajar

Prilaku Buruk

Bosan (masalah pribadi)

.

5. Merubah Lingkungan Siswa

Lingkungan siswa terdiri dari dua elemen, yaitu 1) kondisi kelas dan sekolah dan 2) Kondisi Rumah dan Masyarakat. Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku buruk siswa adalah :

I. Lingkungan Kelas dan Sekolah

a. Sikap guru terhadap siswa

b. Gaya dan metode mengajar guru

c. Kebijakan aturan kelas

d. Isi subjek (pelajaran) ketika diajarkan

e. Ukuran dan komposisi kelas

f. Jadwal sekolah dan seluruh program belajar

II. Lingkungan Rumah dan Masyarakat

a. Sikap dan tanggapan orang tua pada siswa dan sekolah

b. Banyak masalah dirumah (keluarga)

c. Tersedianya arternatip kegiatan lain yang lebih atraktif dan menguntungkan siswa dari pada disekolah

a. Sikap terhadap sekoalah yang diajarkan oleh saudara kandung dalam keluarga dan oleh tetangga dan kerabat dekat

A. Program Pelayanan Pribadi Siswa

Ada banyak karakter siswa pada suatu sekolah, baik secara kemampuan akademik atau dalam pendidikan yang khusus. Tujuan utama dalam pendidikan adalah menolong siswa dalam memenuhi natau memaksimalkan potensi yang ada pada diri siswa. Adapun fungsi primer dalam pelayanan individu siswa adalah untuk menciptakan bentuk pelayanan khusus yang akan dibutuhkan suatu sekolah dalam pendayagunaan siswa.

Administrator Sekolah adalah orang yang bertanggungjawab dalam pelayanan pribadi siswa dan yang harus banyak mengetahui tentang hal tersebut. Perhatian terhadap program ini akan sangat membantu Administrator Sekolah mengerti secara obyektif peranan personalnya, tanggung jawab administrasi, dan permasalahan yang ada pada dua komponen utama pada pelayanan pribadi siswa, yaitu: 1) Program bimbingan dan konseling, 2) Program sosial, psikologi, dan kesehatan.

1. Program Bimbingan dan Konseling

Dasar diadakan program BK adalah untuk mengantarkan siswa mengenal pribadinya dan mewujudkan potensi-potensi yang adas pada dirinya, untuk memperoleh tujuan dariprogram ini, hendaklah menyiapkan siswa dan orang lain yang bisa membantu dan menolong siswa tersebut. Sebagaiman dalam gambar dibawah ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar